Kamis, 12 Juni 2014

Manusia Tanpa Makna


“Kuliah dimana, Mas?”
“Filsafat”
“Whuuuuuusss…”

Fenomena  seperti  ini  sangat  sering kita  jumpai dewasa  ini. Entah kenapa sesuatu yang sifatnya filosofis mulai dihindari dan dijauhi oleh masyarakat kita. Padahal, hal-hal sifatnya asesnsi semacam itu sangat diperlukan untuk menjadi manusia  yang  selaras.

Filosofi  membantu  kita  memahami  sumber  diri  kita.  Itu membantu  kita  memahami  alasan-alasan  dan  tujuan  kita  dalam melakukan suatu perbuatan. Tanpa berfilosofi kita  tidak akan pernah memahami  sumber  kita  dan  tidak  akan  bisa menjadi manusia  yang selaras.

Tanpa  memahami  sumber  kita,  yang  ada  hanyalah  menjadi seorang individu yang hidup hanya dengan perilaku dan hasil, individu yang membuat teori Pavlov menjadi sangat populer . Individu semacam ini mungkin memiliki perilaku dan hasil yang bagus, tetapi cenderung mudah dimanfaatkan oleh orang  lain.

Ibaratnya  hanya  seperti  seorang  supir  taksi  yang mengantar penumpang pergi ke manapun, namun dirnya  tidak pernah benar-benar memahami  mengapa  seseorang pergi  ke  tempat  tersebut.Tetapi  tentu  saya  yakin  tidak  orang  yang  sama  sekali  tidak memahami  satu  pun  sumber  dalam  dirinya.  Yang  perlu  ditingkatan adalah bagaimana kita bisa memahami seluruh sumber yang ada dalam diri  kita.  Sehingga  kita  akan  menjadi  manusia  selaras  seutuhnya, manusia yang memiliki makna dari setiap perilaku dan perbuatannya. Manusia yang memahami maksud, tujuan, dan konsekuensi atas segala perilakunya.

Bagaimana kita memahami sumber kita? Langkah yang pertama dan utama adalah menghapus phobia  terhadap segala sesuatu yang sifatnya  filosofis, karena manusia yang selaras seutuhnya memahami filosofi atas seluruh perbuatannya. Mulai berpikir tentang hal-hal yang sifatnya metafisika dan absurd, karena kita dapat menemukan esensi dari hal-hal  semacam  itu.

Mulai dari pertanyaan yang paling dasar semisal siapa aku, apa yang  aku  lalukan,  mengapa  aku  melakukannya  hingga  pada pertanyaan-pertanyaan  yang  lebih  kompleks.  Berpikirlah  minimal tentang dirimu sendiri. Berhentilah sejenak dan menengadahkan kepala ke atas mencari  jawaban.

Hal-hal semacam ini yang oleh beberapa orang disebut sebagai bertapa, bersemedi, merenung, dan sebagainya. Hidup bukan hanya tantang melakukan sesuatu dan memperoleh hasil yang terbaik, namun juga  tentang mengapa  kita melakukan  semua  itu.Apabila  suatu  individu  telah  berhasil memahami  sumbernya, maka  individu  tersebut  akan  lebih  jernih melihat  dunia.

Memahami segala  permasalahan  dan  bagaimana  mengatasinya.  Terlepas  dari kekangan  tekanan  hidup  karena  telah mencapai masa  depan  tanpa perlu  terbentuk menjadi  sebuah materi.Individu  semacam  ini  akan  selalu  tenang  dalam  menjalani kehidupannya dan  tidak membabi buta. Pada akhirnya  individu yang
selaras seutuhnya akan terhindar dari perilaku membabi buta karena menemukan apa  tujuan utama hidupnya dan bagaimana mencapainya.

Dikutip dari : http://berpikirberbeda.blogspot.com/

1 komentar:

  1. sehubungan dengan adanya bencana banjir di sedatigede, maka bisa membuat program mitigasi bencana/banjir sesuai kebutuhan desa,

    BalasHapus