Apa esensi utama dari pendidikan? Tentunya
adalah untuk mencerdaskan manusia. Pendidikan
berfungsi untuk meningkatkan martabat manusia
dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan
individu yang berkarakter. Pertanyaan berikutnya adalah masihkah
pendidikan seperti itu?
Begitu sibuknya kita terhadap perilaku dan hasil membuat kita
terkadang lupa esensi atau sumber murni darimana perilaku itu
muncul. Pendidikan dalam bahasa mudahnya adalah untuk membuat individu yang
bodoh menjadi pintar. Namun fenomena saat ini jauh dari sumber murni
sebenarnya.
Saat ini berbagai institusi pendidikan terlalu berfokus pada hasil
hingga melupakan sumbernya. Mulai dari seleksi penerimaan siswa atau mahasiswa
baru misalnya, berbagai institusi mencoba mencari bibit-bibit unggul agar
nantinya bisa memperoleh hasil yang baik pula.
Terkadang beberapa orang bertanya,
sebenarnya sekolah unggulan itu memang unggul
atau mahasiswanya yang unggul? Bukankah esensi
pendidikan adalah untuk mengubah orang bodoh menjadi
pintar , maka seharusnya sekolah unggulan bukanlah sekolah yang memiliki
siswa-siswa yang pandai, tetapi sekolah yang memiliki siswa-siswa
yang bodoh kemudian sekolah tersebut berhasil mendidiknya
sehingga menjadi pintar . Bukan sekolah yang memiliki
siswa-siswa yang pintar dan kemudian memfasilitasi mereka.
Maka keberhasilan sebuah institusi pendidikan tidak seharusnya dilihat
dari hasil akhirnya, melainkan dari sejauh mana institusi tersebut
berhasil membuat perubahan pada siswa atau
mahasiswanya. Pendidikan seharusnya bukan tentang
mencari bibit-bibit unggul dengan seleksi, tetapi
bagaimana membuat perubahan. Jika kita bandingkan apa
yang dilakukan Ki Hadjar dan Ki Ahmad Dahlan yang memungut anak-anak jalanan
untuk bersekolah, apa yang terjadi saat ini sungguh ironis.
Namun hal ini tidak hanya terjadi pada
tingkatan penyelenggara, namun juga pada tingkatan peserta didik.
Peserta didik yang terlalu sibuk mengejar hasil berupa
nilai dan ijazah terkadang menciutkan esensi atau makna dari
pendidikan itu sendiri. Bukan sepenuhnya salah institusi penyelenggara
atas apa yang terjadi saat ini, karena mungkin memang seperti inilah harapan
peserta didik. Sebuah pendidikan yang mementingkan perilaku dan hasil
serta melupakan esensi atau sumber dari pendidikan itu
sendiri.
Para peserta didik yang lupa atau
mungkin tidak mau tahu tentang sumber dari
pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang hanya
dianggap sebagai sebuah formalitas yang harus dijalani dalam hidup
ini. Pendidikan yang melupakan arti dari pendidikan itu
sendiri.Lalu apa yang bisa diharapkan dari dunia pendidikan semacam ini? Dunia
pendidikan yang meminggirkan filsafat dan memuja perilaku dan hasil, padahal
pendidikan adalah tentang pemahaman (sumber). Pendidikan yang selaras,
pendidikan yang sesuai antara sumber murni dan hasil itulah
sebuah cita-cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar